
SANGATTA – Pemerintah Kabupaten Kutai Timur (Kutim) meresmikan tiga fasilitas pendukung program Bangga Kencana sebagai upaya konkret memerangi stunting, Kamis (30 Januari 2025). Inisiatif ini menegaskan komitmen daerah dalam percepatan penurunan angka stunting yang masih menjadi tantangan serius bagi masa depan anak-anak Indonesia. Acara peresmian dipimpin Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Achmad Junaidi, mewakili Bupati Kutim, di Kantor DPPKB Kutim.
Achmad Junaidi menekankan bahwa stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi, tetapi juga dipengaruhi sanitasi buruk, kurangnya akses layanan kesehatan, dan rendahnya kesadaran keluarga.
“Untuk itu, intervensi harus dilakukan secara bergotong royong. Tidak bisa hanya mengandalkan satu pihak. Sinergi pemerintah, masyarakat, dan swasta wajib diperkuat,” tegasnya.
Tiga fasilitas yang diresmikan meliputi Studio band Genre, Ruang Multimedia, dan Musala Bangga Kencana. Menurut Achmad, fasilitas ini dirancang untuk memperluas jangkauan edukasi pencegahan stunting melalui pendekatan digital dan keagamaan.
Studio Band Genre dan Ruang Multimedia, Dijadikan pusat produksi konten edukasi berbasis digital, seperti video dan podcast, untuk menyasar generasi muda yang aktif di media sosial. Sementara Musala Bangga Kencana sebagai tempat ibadah, juga akan menjadi ruang diskusi penguatan nilai keluarga, termasuk pola asuh, gizi seimbang, dan kesehatan reproduksi.
Peresmian ini juga dirangkaikan dengan Khatamul Quran ke-4 sebagai simbol pembentukan generasi berkualitas.
“Ini bentuk komitmen tidak hanya fisik, tetapi juga spiritual,” ujar Achmad.
Achmad menjelaskan, penanganan stunting di Kutim mengadopsi pola pikir yang melibatkan tiga pilar. Pemerintah untuk memastikan kebijakan dan program terkait gizi, sanitasi, serta layanan kesehatan ibu dan anak berjalan optimal. Masyarakat mendukung untuk mengubah pola konsumsi, menjaga sanitasi lingkungan, dan meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan balita dan ibu hamil. Serta Swasta didorong berkontribusi melalui CSR, seperti distribusi makanan bergizi, pelatihan kader kesehatan desa, dan dukungan infrastruktur edukasi.
“Kita harus tegas dalam pembagian peran. Jangan hanya seremonial, tetapi fokus pada dampak nyata,” tegas Achmad.
Ia mencontohkan, sektor swasta bisa membantu penyediaan susu atau vitamin untuk balita di daerah terpencil, sementara masyarakat harus aktif memanfaatkan posyandu.
Dengan pendekatan kolaboratif ini, Kutim optimistis dapat menjadi contoh keberhasilan penurunan stunting di tingkat nasional.
“Jika semua pihak bergerak bersama, generasi sehat dan produktif bukan sekadar mimpi. Ini investasi jangka panjang untuk masa depan Indonesia,” pungkas Achmad.
Fasilitas Bangga Kencana diharapkan menjadi episentrum edukasi yang inklusif, menggabungkan teknologi, nilai keluarga, dan partisipasi aktif masyarakat. Langkah ini sejalan dengan visi program Bangga Kencana nasional yang menekankan pembangunan keluarga berkelanjutan melalui lingkungan sehat dan edukasi berkualitas.